Kamis, 28 Januari 2016

MODEL-MODEL ASESMEN GLOBAL YANG DIINTEGRASIKAN DALAM KURIKULUM NASIONAL

MODEL-MODEL ASESMEN GLOBAL YANG DIINTEGRASIKAN DALAM KURIKULUM NASIONAL



Oleh:
Nama                          : Heriza Nevisi Yanda Putri
NPM                           : 1523041013
Mata Kuliah               : Wawasan Pendidikan
Dosen Pengampu       : Dr. Mulyanto Widodo, M.Pd.
                                                              Dr. Muhammad Fuad, M.Hum.





MAGISTER PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
 UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2016




 




KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya serta usaha yang penulis lakukan sehingga penulisan makalah ini dapat diselesaikan. Pada makalah ini penulis membahas mengenai “Model-Model Asesmen global”.
Dalam penyelesaian makalah ini, penulis banyak menerima bantuan dan bimbingan yang sangat berharga dari berbagai pihak. Karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu hingga diselesaikanya makalah ini. Semoga bantuan dan amal baik yang mereka berikan kepada penulis akan memperoleh pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Kritik yang membangun selalu penulis harapkan guna kesempurnaan makalah ini.

Bandar Lampung,  11 Januari   2016



Heriza Nevisi Yanda Putri










DAFTRA ISI

HALAMAN  DEPAN ...........................................................................       i
KATA PENGANTAR ...........................................................................     ii
DAFTAR ISI .........................................................................................      iii
BAB I PENDHULUAN
1.1  Latar Belakang....................................................................................      1
1.2  Fokus Masalah....................................................................................      2
1.3  Rumusan Masalah...............................................................................      2
1.4  Tujuan Penulisan ................................................................................      2
BAB II PEMBAHASAN
2.1  Kurikulum nasional...........................................................................      3
2.2  Hakikat Asasmen.............................................................................       4
2.3  Jenis-jenis Asesmen...........................................................................      5
2.4  Model-Model Asesmen Global yang
Diintegrasikan dalam Kurikulum Nasional.......................................      8           
BAB III PENUTUP
3.1  Simpulan.............................................................................................    10
3.2  Saran...................................................................................................    11
3.3  Implikasi.............................................................................................     11
DAFTAR PUSTAKA









BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang Masalah
Era global yang menuntut peningkataan daya saing dalam kompentisi yang terbuka telah menimbulkan orientasi baru dalam pendidikan. Mochtar Buchori (2000) menekankan bahwa pendidikan yang bermakna dapat menolong kita, sedangkan pendidikan yang tidak bermakna hanya menjadi beban hidup. Karena itu kebermaknaan belajar menjadi isu penting dalam pendidikan seperti yang telah dilaporkan oleh the International Commission on Education for the Twenty-first Century (Delors, 1995), suatu komisi yang dibentuk oleh UNESCO dan bertugas mengkaji pendidikan yang tepat untuk abad ke-21.
Laporan itu mengatakan bahwa untuk memenuhi tuntutan kehidupan masa depan, pendidikan tradisional yang sangat quantitatively-oriented and knowledge-based tidak lagi relevan. Melalui pendidikan, setiap individu mesti disediakan berbagai kesempatan belajar sepanjang hayat; baik untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap maupun untuk dapat menyesuaikan diri dengan dunia yang kompleks dan penuh dengan saling ketergantungan. Untuk itu, pendidikan yang relevan harus bersandar pada empat pilar pendidikan, yaitu (1) learning to know, yakni pebelajar mempelajari pengetahuan, (2) learning to do, yakni pebelajar menggunakan pengetahuannya untuk mengembangkan keterampilan, (3) learning to be, yakni pebelajar belajar menggunakan pengetahuan dan keterampilannya untuk hidup, dan (4) learning to live together, yakni pebelajar belajar untuk menyadari bahwa adanya saling ketergantungan sehingga diperlukan adanya saling menghargai antara sesama manusia.
Dengan demikian, pendidikan saat ini harus mampu membekali setiap pebelajar dengan pengetahuan, keterampilan, serta nilai-nilai dan sikap, dimana proses belajar bukan semata-mata mencerminkan pengetahuan (knowledge-based) tetapi mencerminkan keempat pilar di atas. Melihat hal tersebut kurikulum sebagai seperangkat rencana pendidikan perlu dikembangkan secara dinamis sesuai dengan tuntutan dan perubahan yang terjadi di masyarakat. Semua kurikulum nasional dirancang berdasarkan landasan yang sama, yaitu Pancasila dan UUD 1945. Perbedaanya pada penekanan pokok dari tujuan pendidikan serta pendekatan dalam merealisasikannya. Dalam perspektif manajemen supervisi dan asesmen mutu pendidikan kurikulum dapat dilihat sebagai starting point di dalam melaksanakan penatakelolaan supervisi pendidikan, dan sekaligus sebagai panduan di dalam melaksanakan umpan balik berupa proses asesmen mutu pendidikan. Dalam manajemen supervisi maka kurikulum 2013 itu akan dilihat kualitas hasil belajar, bagaimana guru dalam mengimplementasikan kurikulum serta mengindentifikasi potensi dan hambatan guru dan siswa dalam menerapkan kurikulum tersebut. Sedangkan dalam asesemen mutu kita akan melihat kurikulum tersebut apakah sudah mewadahi potensi, minat, bakat dan kebutuhan khusus anak didik.

1.2  Fokus Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, secara umum yang menjadi fokus penelitian ini adalah: Model-Model Asesmen Global yang Diintegrasikan dalam Kurikulum Nasional”.

1.3  Rumusan Masalah
Dalam makalah ini yang menjadi pokok pembahasan yaitu:
1.      Bagaimakah kurikulum nasional di Indoneia?
2.      Apa yang dimaksud dengan asesmen?
3.      Bagaimanakah jenis-jenis asesmen global?
4.      Seperti apakah model-model asesmen yang dapat dintegrasikan dalam kurikulum nasional?

1.4  Tujuan
Tujuan dalam penulisan makalah ini, mahasiswa diharapkan dapat:
1.      Mengetahui dan mendeskripsikan kurikulum nasional diindonesia.
2.      Mengetahui dan mendeskripsikan asesmen.
3.      Mengetahui dan mendeskripsikan jenis-jenis  asesmen.
4.      Mengetahui dan mendeskripsikan model-model asesmen global yang dapat dintegrasikan dalam kurikulum nasional.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Kurikulum Nasional
Pendidikan menjadi hal yang sangat fundamental bagi kehidupan seseorang, dengan pendidikan yang baik maka akan baik pula pola pikir dan sikap seseorang. Pendidikan yang baik terbentuk dari pola dan sistem pendidikan yang baik pula. Pola dan sistem pendidikan yang baik terwujud dengan kurikulum yang baik. Dengan pendidikan yang bermutu atau berkualitas benarlah yang dapat meningkatkan kecerdasan anak bangsa. Dari zaman ke zaman sistem kurikulum pendidikan yang ada di Indonesia selalu mengalami perubahan demi mencerdaskan anak bangsa.
Kurikulum merupakan kebijakan pemerintah dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional. Pendidikan yang baik akan menciptakan mayarakat yang cerdas. Sebagai produk kebijakan publik, kurikulum hadir untuk menyelesaikan permasalahan pendidikan di masyarakat. Pemerintah membekali masyarakat dengan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan (Schubert,1986:140).
Proses pendidikan yang baik selalu melibatkan kurikulum yang dijadikan acuan dalam mendidik sampai membentuk manusia seutuhnya.Proses pendidikan yang dilakukan sebagai upaya memperbaiki manusia melalui proses belajar mengajar. Kurikulum tahun 2006 yang telah dilaksanakan kurang lebih enam tahun dinilai tidak lagi sesuai dengan perkembangan zaman dan menjadikan siswa sebagai manusia yang individual. Menyadari hal itu maka sejumlah pakar pendidikan berusaha memperbaiki semua unsur pelaksanaan pendidikan salah satunya merombak kurikulum 2006 menjadi kurikulum 2013. Kurikulum 2013 diharapkan mampu memperbaiki akhlak serta mencetak SDM yang mampu berkompetensi mengikuti arus perkembangan globalisasi guna mempetahankan kelangsungan hidupnya.
Kurikulum harus berwawasan global. Bila wawaan lokal berorientasi pada kebutuhan daerah, maka wawasan global berorientasi pada kebutuhan dunia. Tahun 2016 Indoneesia menghadapi MEA, era perdagangan bebas Asia. Tahun 2020 Indonesia akan menghadai AFTA, era erdagangan bebas dunia. Kurikulum harus berisi kompetensi yang dibutuhakan peserta didik untuk menghadapi masa-masa itu. Kunci menghadapi masa tersebut adalah pada kemampuan berpikir. Oleh karena itu tepatlah jika kutikulum 2013 menerapkan konsep berpikir ilmiah melalui saintific approach, berlatih menemukan sesuatu melalui discovery learning, berlatih memecahkan masalah melalui problem basic learning, berlatih bekerja melalui project based learning.

2.2  Hakikat Asesmen
Usaha peningkatan kualitas pendidikan antara lain dapat ditempuh melalui upaya
peningkatan kualitas pembelajaran dan kualitas asesmen. Keduanya saling terkait,
pembelajaran yang baik akan menghasilkan penilaian hasil belajar yang baik. Selanjutnya, penilaian yang baik akan mendorong guru untuk menentukan strategi pembelajaran yang baik dan memotivasi siswa untuk belajar yang lebih baik. Mengingat antara pembelajaran dan asesmen ada hubungan yang erat, maka siswa terdorong untuk mengembangkan daya kreasi dan keterampilan berpikirnya. Hendaknya penilaian yang dilakukan tidak hanya ditujukan pada penguasaan konsep saja, namun perlu disertai dengan asesmen terhadap proses belajar Asesmen lebih sering diartikan sebagai kegiatan pemberian tes dan pemberian nilai kepada siswa. Asesmen tersebut lebih bertujuan pada pemberitahuan kepada siswa tentang seberapa baik penguasaan materi yang telah diajarkan oleh guru. Guru membuat keputusan atas informasi itu sehingga dapat diketahui keberhasilan dan kegagalan pembelajaran baik yang mencakup aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor.
Menurut Linn dan Gronlund (dalam Koyan, 2013: 4), asesmen (assessment) adalah istilah umum yang melibatkan semua rangkaian prosedur yang digunakan untuk mendapatkan informasi tentang hasil belajar peserta didik (misalnya: observasi, skala bertingkat tentang kinerja, tes tertulis) dan pelaksanan penilaian mengenai kemajuan belajar peserta didik. Sedangkan test adalah tipe khusus dari asesmen yang secara khusus terdiri atas seperangkat pertanyaan yang dilaksanakan pada periode waktu tertentu sampai dengan dapat membandingkan semua peserta didik.
Dalam PP No. 19 tahun 2005 tentang standar Nasional Pendidikan dalam pasal 64 ayat 1 dinyatakan bahwa penilaian (asesmen) hasil belajar yang dilakukan oleh pendidik dilakukan secara berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan dan perbaikan. Pasal 19 ayat 3 dinyatakan bahwa pada jenjang pendidikan dasar dan menengah penilaian menggunakan berbagai teknik penilaian sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai, dan teknik penilaian tersebut dapat berupa tes tertulis, observasi, praktek dan penugasan.
Adapun tujuan utama melakukan asesmen atau evaluasi dalam proses pembelajaran adalah untuk memperoleh informasi yang akurat mengenai tingkat pencapaian proses pembelajaran. Berdasarkan informasi tersebut, dapat dilakukan tindak lanjut yang merupakan fungsi evaluasi, yang dapat berupa: (1) penempatan yang tepat, (2) pemberian umpan balik, (3) diagnosis kesulitan belajar, dan (4) penentuan kenaikan tingkat atau kelulusan pendidikan pada jenjang pendidikan tertentu.

2.3  Model  Asesmen Global
Salah satu bentuk asesmen yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran adalah asesmen autentik. Asesmen autentik adalah proses pengumpulan informasi oleh guru tentang perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang dilakukan anak didik melalui berbagai teknik yang mampu mengungkapkan, membuktikan atau menunjukkan secara tepat bahwa  tujuan pembelajaran dan kemampuan/ kompetensi telah benar-benar dikuasai dan dicapai.
Menurut (Hart, 1994), asesmen autentik yaitu suatu asesmen yang melibatkan siswa di dalam tugas-tugas autentik yang bermanfaat, penting, dan bermakna. Berbagai tipeasesmen autentik menurut Hibbard (1996) adalah: 1) asesmen kinerja, 2) observasi dan pertanyaan, 3) presentasi dan diskusi, 4) proyek dan investigasi, dan 5) portofolio dan jurnal. Menurut John Muller (2006), penilaian autentik merupakan suatu bentuk penilaian yang para siswanya diminta untuk menanpilkan tugas pada situasi sesungguhnya yang mendemonstrasikan penerapan keterampilan dan pengetahuan yang bermakna. Pendapat serupa diungkapkan (O’Malley dan Pierce, 1996:4) mendefinisikan authentic assessment sebagai berikut:
"Authentic assessment is an evaluation process that involves multiple forms of performance measurement reflecting the student's learning, achievement, motivation,and attitudes on instructionally-relevant activities. Examples of authentic assessment techniques include performance assessment, portfolios, and self-assessment."
(Asesmen autentik adalah proses evaluasi yang melibatkan berbagai bentuk pengukuran performansi yang merefleksikan pembelajaran siswa, prestasi, motivasi dan sikap pada aktivitas pembelajaran yang relevan. Contoh autentik asesmen adalah asesmen performansi, portofolio, dan penilaian diri). Berikut jenis-jenis asasmen. Berikut model-model asesmen global.
a.    Asesmen Diri
Menurut Rolheiser dan Ross (2005), asesmen diri adalah suatu cara untuk melihat kedalam diri sendiri. Melalui asesmen diri siswa dapat melihat kelebihan maupun kekurangannya, untuk selanjutnya kekurangan ini menjadi tujuan perbaikan (improvement goal). Dengan demikian, siswa lebih bertanggungjawab terhadap proses dan pencapaian tujuan belajarnya. Asesmen diri adalah suatu unsur metakognisi yang sangat berperan dalam proses belajar. Oleh karena itu, agar asesmen diri dapat berjalan dengan efektif, Rolheiser dan Ross menyarankan agar siswa dilatih untuk melakukannya. Empat langkah dalam berlatih melakukan asesmen diri, yaitu: 
1.    Libatkan semua komponen dalam menentukan kriteria penilaian,
2.    Pastikan semua siswa tahu bagaimana caranya menggunakan kriteria tersebut untuk menilai kinerjanya,
3.    Berikan umpan balik pada mereka berdasarkan hasil evaluasi dirinya, dan
4.    Arahkan mereka untuk mengembangkan sendiri tujuan dan rencana kerja berikutnya.

Menentukan kriteria penilaian. Guru mengajak siswa bersama-sama menetapkan kriteria penilaian. Pertemuan dalam bentuk sosialisasi tujuan pembelajaran dan curah pendapat sangat tepat dilakukan. Kriteria ini dilengkapi dengan bagaimana cara mencapainya. Dengan kata lain, kriteria penilaian adalah target pencapaian, sedangkan proses mencapai kriteria tersebut dipantau dengan menggunakan ceklis asesmen diri. Cara mengembangkan kriteria penilaian sama dengan mengembangkan rubrik penilaian dalam asesmen kinerja. Ceklis asesmen diri dikembangkan berdasarkan hakikat tujuan tersebut dan bagaimana mencapainya (lihat contoh-contoh kriteria penilaian dan ceklis evaluasi diri).

b.   Asesmen Berbasis Kompetensi
Asesmen diartikan sebagai prosedur yang digunakan untuk mendapatkan informasi tentang prestasi  atau kinerja seseorang yang hasilnya akan digunakan untuk evaluasi. Prosedur asesmen berbasis kompetensi, meliputi serangkaian kegiatan sebagai berikut : (a) menentukan kompetensi yang akan diases dan kriterianya, (b) mengumpulkan data berupa bukti-bukti  kinerja mahasiswa melalui kegiatan tes dan atau nontes, (c) mencocokkan bukti kinerja dengan kompetensi yang ingin dicapai, (d) mengklasifikasikan mahasiswa menjadi kompeten dan belum kompoten berdasarkan bukti kinerja mahasiswa, dan (e) memberi tanda lulus bagi yang memenuhi persyaratan. Berdasarkan prosedur tersebut, maka siswa yang sudah kompeten akan diberi tanda lulus oleh dosen pengajarnya, sedangkan yang belum lulus diberikan remedi sampai mahasiswa yang bersangkutan memenuhi indikator pencapaian kompetensi yang telah ditetapkan.   

c.    Karakteristik Asesmen Berbasis Kompetensi
Ada beberapa hal yang mencirikan asesmen sebagai asesmen berbasis kompetensi. Secara rinci, bisa dinyatakan sebagai berikut.  (1) Asesmen berbasis kompetensi berfokus pada kompetensi bukan pada masukan atau proses.  Asesmen berbasis kompetensi diarahkan untuk menentukan penguasaan peserta didik  atas kompetensi yang harus dikuasainya, bukan pada bagaimana cara ia mencapai tingkat penguasaan itu. Dengan kata lain, asesmen berbasis kompetensi lebih tertarik pada penguasaan kompetensi sebagai hasil pembelajaran atau pendidikan dibandingkan dengan proses bagaimana mahasiswa mencapai kompetensi tersebut.  (2)  Asesmen dilaksanakan untuk setiap individu (Hopkin, 1992).
Asesmen berbasis kompetensi ditujukan untuk menentukan apakah seseorang telah atau belum menguasasi kompetensi tertentu yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, asesmen berbasis kompetensi dilakukan untuk setiap peserta didik, bukan pada kemampuan kelompok atau kelas tertentu. Kegiatan asesmen bisa dilakukan dalam situasi kelompok (misalnya untuk mengases kemampuan kerjasama dalam memecahkan suatu masalah), namun sasaran penilaian tetap pada kemampuan setiap anggota kelompok secara individual. Dalam asesmen berbasis kompetensi, seseorang dinyatakan lulus jika ia telah menguasasi seluruh kompetensi yang dipersyaratkan. Jika salah satu (atau lebih) kompetensi utama ada yang belum dikuasasi maka yang bersangkutan dinyatakan belum atau tidakkompeten.

2.4  Model  Asesmen Global yang Diintegrasikan dalam Kurikulum Nasional
Asesmen adalah proses sistematika dalam mengumpulkan data seseorang anak yang berfungsi untuk melihat kemampuan dan kesulitan yang dihadapi seseorang saat itu, sebagai bahan untuk menentukan apa yang sesungguhnya dibutuhkan. (James A. Mc. Lounghlin dan Rena B Lewis).
Tatat Hartati dalam penelitiannya (2006) menyatakan bahwa dalam hal penilaian pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya dalam bidang keterampilan menulis kurang mendapat perhatian baik dari guru maupun para pakar bahasa Indonesia. Penilaian hanya menggunakan satu teknik yang berfokus pada isi, bahasa dan struktur. Sedangkan untuk penilaian afektif dan psikomotor kurang mendapat perhatian Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan di lapangan, penilaian yang banyak dilakukan guru adalah penilaian hasil belajar, guru masih jarang menggunakan penilaian proses.
Salah satu bentuk asesmen yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran adalah asesmen autentik. Asesmen autentik adalah proses pengumpulan informasi oleh guru tentang perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang dilakukan anak didik melalui berbagai teknik yang mampu mengungkapkan, membuktikan atau menunjukkan secara tepat bahwa tujuan pembelajaran dan kemampuan/ kompetensi telah benar-benar dikuasai dan dicapai.
Teknik pengumpulan informasi pada prinsipnya adalah cara penilaian kemajuan belajar peserta didik berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dicapai. Penilaian kompetensi dasar dilakukan berdasarkan indikator-indikator pencapaian kompetensi yang memuat satu ranah atau lebih. Berdasarkan indikator-indikator ini dapat ditentukan cara penilaian yang sesuai, apakah dengan tes tertulis, observasi, tes praktek, dan penugasan perseorangan atau kelompok.
Menurut (Hart, 1994), asesmen autentik yaitu suatu asesmen yang melibatkan siswa di dalam tugas-tugas autentik yang bermanfaat, penting, dan bermakna. Berbagai tipe asesmen autentik menurut Hibbard (1996) adalah: 1) asesmen kinerja, 2) observasi dan pertanyaan, 3) presentasi dan diskusi, 4) proyek dan investigasi, dan 5) portofolio dan jurnal. Menurut John Muller (2006), penilaian autentik merupakan suatu bentuk penilaian yang para siswanya diminta untuk menanpilkan tugas pada situasi sesungguhnya yang mendemonstrasikan penerapan keterampilan dan pengetahuan yang bermakna.

Dari hasil penelitian yang dilakukan Poerwanti,  melalui  angket yang diisi oleh guru terlihat bahwa model asesmen autentik seperti portofolio, kinerja, asesmen diri, penilaian sikap, observasi dll, belum digunakan secara maksimal. Asesmen yang dilaksanakan cenderung pada asesmen mengukur aspek kognitif sedangkan untuk aspek afektif dan psikomotor belum mendapat perhatian. pelaksanaan asesmen membutuhkan kemampuan guru untuk melakukan modifikasi penyediaan informasi yang digunakan untuk merencanakan aktivitas pembelajaran. Guru hendaknya tidak terpaku pada bentuk asesmen yang sudah lazim dan sering digunakan, tetapi guru dapat melakukan improvisasi-improvisasi guna memperoleh terobosan melaksanakan asesmen dalam rangka peningkatan kualitas pembelajaran siswa.



BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
Berdasarkan pembahan pada BAB II dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya, bila kurikulum tidak disusun dengan pendekatan kepentingan pengembangan potensi cipta, rasa, karsa dan berorientasi kepada pembangunan karakter bangsa dengan memanfaatkan asesmen mutu dan pelaksanaannya tidak dapat diukur dalam ranah supervisi proses maka kurikulum tersebut tidak akan berdaya guna.  
Asesmen yang seharusnya bukanlah hanya sekedar mengetahui tingkat keberhasilan dan kegagalan siswa saja akan tetapi lebih dari itu, yaitu bagaimana guru dan siswa bersama-sama untuk memperbaiki kegagalan tersebut sehingga terjadi peningkatan kualitas pembelajaran. Usaha peningkatan kualitas pendidikan  antara lain dapat ditempuh melalui upaya peningkatan kualitas pembelajaran dan kualitas asesmen. Keduanya saling terkait, pembelajaran yang baik akan menghasilkan penilaian hasil belajar yang baik. Selanjutnya, penilaian yang baik akan mendorong guru untuk menentukan strategi pembelajaran yang baik dan memotivasi siswa untuk belajar yang lebih baik.
Dalam implementasinya supervisi dalam pendidikan melihat muatan kurikulum 2013 dapat ditujukan kepada mensupervise guru agar meningkatkan kompetensi dan profesionalitasnya agar dapat menata kelola manajemen kelas berdasarkan indikator pencapaian hasil proses belajar mengajar yang mengacu kepada keterpaduan sikap, ketrampilan dan pengetahuan dalam hasil peneliaian yang bersifat kualitatif. Proses asesmen mutu dalam kurikulum 2013 akan melewati tahapan : penilaian yang menjangkau Kemampuan berpikir Tingkat tinggi, penilaian yang menyeluruh dan terintegrasi, penilaian secara ilmiah, penilaian berkaitan PBM berdasarkan apa yang anak didik pahami, penilaian berdasarkan hasil belajar dan kesempatan memperbaiki, penilaian melibatkan anak didik dan guru yang lain. Melihat kerangka konsep dalam kurikulum 2013 mengenai asesmen proses dapat dikatakan bahwa dalam perspektif asesmen mutu kurikulum ini mendasarkan diri kepada proses yang ilmiah dengan sistem penalaran yang metodis sehingga kurikulum 2013 dalam perspektif asesmen mutu memungkinkan peningkatan kualitas pendidikan karena prosesnya melibatkan peran guru, kepala sekolah, guru-guru terkait dan anak didik itu sendiri. dalam hal ini model-model asesmen global yang diintegrasikan dalam kurikulum nasional yang seuai yaitu asesmen autentik. Asesmen autentik adalah proses pengumpulan informasi oleh guru tentang perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang dilakukan anak didik melalui berbagai teknik yang mampu mengungkapkan, membuktikan atau menunjukkan secara tepat bahwa tujuan pembelajaran dan kemampuan/ kompetensi telah benar-benar dikuasai dan dicapai.

3.2  Saran
Saran-saran untuk para guru dan supervisor mengenai asesmen mutu pendidikan sebagai berikut. Pertama, peningkatan pemahaman guru tentang asesmen autentik. Kedua, perlu ada buku pedoman asesmen yang dapat dijadikan rujukan bagi guru. Ketiga, perlu pendampingan kepada para guru dalam melaksanakan asesmen autentik. Kempat, penekanan pentingnya perencanaan pembelajaran dalam model proyek digali lagi lebih dalam dengan perspektif manajemen sekolah.

3.3  Implikasi
Implikasi asesmen terhadap pembelajaran disekolah guna meningkatkan mutu pendidikan yang diintegrasikan dalam kurikulum nasional yaitu bahwa model asesmen autentik ini dapat dijadikan acuan atau tolak ukur bagi guru untuk mengetahui sejauh mana pemahaman peserta didik terhadap proses pembelajaran yang berlangsung dalam peningkatan kompetensi peserta didik.







DAFTAR PUSTAKA

Buchori, M. (2000). Pendidikan Antisipatoris. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Delors, J. (1996). Learning: The Treasure Within. France: UNESCO Publishing.
Hart, Diane. (1994). Authentic Assessment: A Handbook for Education. Addison-Wesley Publishing Company.
Hibbard, K. M. and others. (1996). A teacher's guide to performance-based learning and assessment. Alexandria, VA: Association for Supervision and Curriculum Development.
Mueller, J. (2006). Authentic Assessment. North Central College. http://jonatan.muller.noctrl.edu/toolbox/whatisist.html
Peraturan Pemerintah No 19 Th 1995. tentang Standar Nasional Pendidikan
Poerwanti, Jenny I.S. Pengembangan Model Asesmen Autentik Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Di Sekolah Dasar Di Kota Surakarta.Surakarta:Universitas sebelas Maret.
William H., Schubert.1986.Curriculum:perspective, paradigm, and posibility. New York
Tatat Hartati. (2006). Model Penilaian Holistik dalam Pembelajaran Mengarang Bahasa Indonesia di SD. Hibah Kompetisi UPI. Bandung
http://www.kompasiana.com/aswinbimos13/perkembangan-pendidikan-indonesia


2 komentar:

Anonim mengatakan...

trimakasih, sangat membantu sekali

izachan mengatakan...

Terima kasih atas komentarnya