MODEL-MODEL
ASESMEN GLOBAL YANG DIINTEGRASIKAN DALAM KURIKULUM NASIONAL
Oleh:
Nama :
Heriza Nevisi Yanda Putri
NPM :
1523041013
Mata Kuliah : Wawasan Pendidikan
Dosen Pengampu : Dr. Mulyanto Widodo, M.Pd.
Dr. Muhammad Fuad, M.Hum.
MAGISTER
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
JURUSAN
PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR
LAMPUNG
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya serta usaha yang penulis lakukan sehingga
penulisan makalah ini dapat diselesaikan. Pada makalah ini penulis membahas
mengenai “Model-Model Asesmen global”.
Dalam
penyelesaian makalah ini, penulis banyak menerima bantuan dan bimbingan yang
sangat berharga dari berbagai pihak. Karena itu, penulis mengucapkan terima
kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu hingga diselesaikanya makalah ini.
Semoga bantuan dan amal baik yang mereka berikan kepada penulis akan memperoleh
pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT.
Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Kritik yang membangun selalu penulis
harapkan guna kesempurnaan makalah ini.
Bandar
Lampung, 11 Januari 2016
Heriza Nevisi Yanda Putri
DAFTRA ISI
HALAMAN DEPAN
........................................................................... i
KATA
PENGANTAR
........................................................................... ii
DAFTAR
ISI ......................................................................................... iii
BAB I PENDHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................... 1
1.2 Fokus Masalah.................................................................................... 2
1.3 Rumusan Masalah............................................................................... 2
1.4 Tujuan Penulisan ................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Kurikulum
nasional........................................................................... 3
2.2 Hakikat
Asasmen............................................................................. 4
2.3
Jenis-jenis
Asesmen........................................................................... 5
2.4
Model-Model Asesmen
Global yang
Diintegrasikan
dalam Kurikulum Nasional....................................... 8
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan............................................................................................. 10
3.2 Saran................................................................................................... 11
3.3 Implikasi............................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Era global yang menuntut peningkataan daya saing dalam kompentisi yang
terbuka telah menimbulkan orientasi baru dalam pendidikan. Mochtar Buchori
(2000) menekankan bahwa pendidikan yang bermakna dapat menolong kita, sedangkan
pendidikan yang tidak bermakna hanya menjadi beban hidup. Karena itu
kebermaknaan belajar menjadi isu penting dalam pendidikan seperti yang telah
dilaporkan oleh the International Commission on Education for the
Twenty-first Century (Delors, 1995), suatu komisi yang dibentuk oleh
UNESCO dan bertugas mengkaji pendidikan yang tepat untuk abad ke-21.
Laporan itu mengatakan bahwa untuk memenuhi tuntutan kehidupan masa
depan, pendidikan tradisional yang sangat quantitatively-oriented and
knowledge-based tidak lagi relevan. Melalui pendidikan, setiap individu
mesti disediakan berbagai kesempatan belajar sepanjang hayat; baik untuk
meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap maupun untuk dapat
menyesuaikan diri dengan dunia yang kompleks dan penuh dengan saling
ketergantungan. Untuk itu, pendidikan yang relevan harus bersandar pada empat
pilar pendidikan, yaitu (1) learning to know, yakni pebelajar
mempelajari pengetahuan, (2) learning to do, yakni pebelajar menggunakan
pengetahuannya untuk mengembangkan keterampilan, (3) learning to be,
yakni pebelajar belajar menggunakan pengetahuan dan keterampilannya untuk
hidup, dan (4) learning to live together, yakni pebelajar belajar untuk
menyadari bahwa adanya saling ketergantungan sehingga diperlukan adanya saling
menghargai antara sesama manusia.
Dengan
demikian, pendidikan saat ini harus mampu membekali setiap pebelajar dengan
pengetahuan, keterampilan, serta nilai-nilai dan sikap, dimana proses belajar
bukan semata-mata mencerminkan pengetahuan (knowledge-based) tetapi
mencerminkan keempat pilar di atas. Melihat hal tersebut kurikulum sebagai
seperangkat rencana pendidikan perlu dikembangkan secara dinamis sesuai dengan
tuntutan dan perubahan yang terjadi di masyarakat. Semua kurikulum nasional
dirancang berdasarkan landasan yang sama, yaitu Pancasila dan UUD 1945.
Perbedaanya pada penekanan pokok dari tujuan pendidikan serta pendekatan dalam
merealisasikannya. Dalam perspektif manajemen supervisi dan asesmen mutu
pendidikan kurikulum dapat dilihat sebagai starting point di dalam melaksanakan
penatakelolaan supervisi pendidikan, dan sekaligus sebagai panduan di dalam
melaksanakan umpan balik berupa proses asesmen mutu pendidikan. Dalam manajemen
supervisi maka kurikulum 2013 itu akan dilihat kualitas hasil belajar,
bagaimana guru dalam mengimplementasikan kurikulum serta mengindentifikasi
potensi dan hambatan guru dan siswa dalam menerapkan kurikulum tersebut.
Sedangkan dalam asesemen mutu kita akan melihat kurikulum tersebut apakah sudah
mewadahi potensi, minat, bakat dan kebutuhan khusus anak didik.
1.2
Fokus Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas, secara umum yang menjadi fokus penelitian ini adalah: “Model-Model
Asesmen Global yang Diintegrasikan dalam Kurikulum Nasional”.
1.3
Rumusan Masalah
Dalam makalah ini yang menjadi pokok
pembahasan yaitu:
1.
Bagaimakah kurikulum
nasional di Indoneia?
2.
Apa yang
dimaksud dengan asesmen?
3.
Bagaimanakah jenis-jenis
asesmen global?
4.
Seperti apakah
model-model asesmen yang dapat dintegrasikan dalam kurikulum nasional?
1.4
Tujuan
Tujuan dalam penulisan makalah ini,
mahasiswa diharapkan dapat:
1.
Mengetahui dan
mendeskripsikan kurikulum nasional diindonesia.
2.
Mengetahui dan
mendeskripsikan asesmen.
3.
Mengetahui dan
mendeskripsikan jenis-jenis asesmen.
4.
Mengetahui dan
mendeskripsikan model-model asesmen global yang dapat dintegrasikan dalam kurikulum
nasional.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Kurikulum Nasional
Pendidikan
menjadi hal yang sangat fundamental bagi kehidupan seseorang, dengan pendidikan
yang baik maka akan baik pula pola pikir dan sikap seseorang. Pendidikan yang
baik terbentuk dari pola dan sistem pendidikan yang baik pula. Pola dan sistem
pendidikan yang baik terwujud dengan kurikulum yang baik. Dengan pendidikan
yang bermutu atau berkualitas benarlah yang dapat meningkatkan kecerdasan anak
bangsa. Dari zaman ke zaman sistem kurikulum pendidikan yang ada di Indonesia
selalu mengalami perubahan demi mencerdaskan anak bangsa.
Kurikulum
merupakan kebijakan pemerintah dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional.
Pendidikan yang baik akan menciptakan mayarakat yang cerdas. Sebagai produk
kebijakan publik, kurikulum hadir untuk menyelesaikan permasalahan pendidikan
di masyarakat. Pemerintah membekali masyarakat dengan pengetahuan dan
keterampilan yang dibutuhkan (Schubert,1986:140).
Proses pendidikan yang
baik selalu melibatkan kurikulum yang dijadikan acuan dalam mendidik sampai
membentuk manusia seutuhnya.Proses pendidikan yang dilakukan sebagai upaya
memperbaiki manusia melalui proses belajar mengajar. Kurikulum tahun 2006 yang
telah dilaksanakan kurang lebih enam tahun dinilai tidak lagi sesuai dengan
perkembangan zaman dan menjadikan siswa sebagai manusia yang individual.
Menyadari hal itu maka sejumlah pakar pendidikan berusaha memperbaiki semua
unsur pelaksanaan pendidikan salah satunya merombak kurikulum 2006 menjadi
kurikulum 2013. Kurikulum 2013 diharapkan mampu memperbaiki akhlak serta
mencetak SDM yang mampu berkompetensi mengikuti arus perkembangan globalisasi
guna mempetahankan kelangsungan hidupnya.
Kurikulum
harus berwawasan global. Bila wawaan lokal berorientasi pada kebutuhan daerah,
maka wawasan global berorientasi pada kebutuhan dunia. Tahun 2016 Indoneesia
menghadapi MEA, era perdagangan bebas Asia. Tahun 2020 Indonesia akan menghadai
AFTA, era erdagangan bebas dunia. Kurikulum harus berisi kompetensi yang
dibutuhakan peserta didik untuk menghadapi masa-masa itu. Kunci menghadapi masa
tersebut adalah pada kemampuan berpikir. Oleh karena itu tepatlah jika
kutikulum 2013 menerapkan konsep berpikir ilmiah melalui saintific approach, berlatih menemukan sesuatu melalui discovery learning, berlatih memecahkan
masalah melalui problem basic learning,
berlatih bekerja melalui project based
learning.
2.2
Hakikat Asesmen
Usaha
peningkatan kualitas pendidikan antara lain dapat ditempuh melalui upaya
peningkatan
kualitas pembelajaran dan kualitas asesmen. Keduanya saling terkait,
pembelajaran yang baik akan menghasilkan
penilaian hasil belajar yang baik. Selanjutnya, penilaian yang baik akan
mendorong guru untuk menentukan strategi pembelajaran yang baik dan memotivasi
siswa untuk belajar yang lebih baik. Mengingat antara pembelajaran dan asesmen
ada hubungan yang erat, maka siswa terdorong untuk mengembangkan daya kreasi
dan keterampilan berpikirnya. Hendaknya penilaian yang dilakukan tidak hanya
ditujukan pada penguasaan konsep saja, namun perlu disertai dengan asesmen
terhadap proses belajar Asesmen lebih sering diartikan sebagai kegiatan
pemberian tes dan pemberian nilai kepada siswa. Asesmen tersebut lebih
bertujuan pada pemberitahuan kepada siswa tentang seberapa baik penguasaan materi
yang telah diajarkan oleh guru. Guru membuat keputusan atas informasi itu
sehingga dapat diketahui keberhasilan dan kegagalan pembelajaran baik yang
mencakup aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor.
Menurut
Linn dan Gronlund (dalam Koyan, 2013: 4), asesmen (assessment) adalah istilah umum yang melibatkan semua rangkaian
prosedur yang digunakan untuk mendapatkan informasi tentang hasil belajar
peserta didik (misalnya: observasi, skala bertingkat tentang kinerja, tes
tertulis) dan pelaksanan penilaian mengenai kemajuan belajar peserta didik.
Sedangkan test adalah tipe khusus
dari asesmen yang secara khusus terdiri atas seperangkat pertanyaan yang
dilaksanakan pada periode waktu tertentu sampai dengan dapat membandingkan
semua peserta didik.
Dalam PP No. 19 tahun 2005 tentang
standar Nasional Pendidikan dalam pasal 64 ayat 1 dinyatakan bahwa penilaian
(asesmen) hasil belajar yang dilakukan oleh pendidik dilakukan secara
berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan dan perbaikan. Pasal 19 ayat 3
dinyatakan bahwa pada jenjang pendidikan dasar dan menengah penilaian
menggunakan berbagai teknik penilaian sesuai dengan kompetensi dasar yang harus
dikuasai, dan teknik penilaian tersebut dapat berupa tes tertulis, observasi,
praktek dan penugasan.
Adapun
tujuan utama melakukan asesmen atau evaluasi dalam proses pembelajaran adalah
untuk memperoleh informasi yang akurat mengenai tingkat pencapaian proses
pembelajaran. Berdasarkan informasi tersebut, dapat dilakukan tindak lanjut
yang merupakan fungsi evaluasi, yang dapat berupa: (1) penempatan yang tepat,
(2) pemberian umpan balik, (3) diagnosis kesulitan belajar, dan (4) penentuan
kenaikan tingkat atau kelulusan pendidikan pada jenjang pendidikan tertentu.
2.3
Model Asesmen
Global
Salah satu bentuk asesmen yang dapat
digunakan dalam proses pembelajaran adalah asesmen autentik. Asesmen autentik
adalah proses pengumpulan informasi oleh guru tentang perkembangan dan
pencapaian pembelajaran yang dilakukan anak didik melalui berbagai teknik yang
mampu mengungkapkan, membuktikan atau menunjukkan secara tepat bahwa tujuan pembelajaran dan kemampuan/ kompetensi
telah benar-benar dikuasai dan dicapai.
Menurut (Hart, 1994), asesmen autentik
yaitu suatu asesmen yang melibatkan siswa di dalam tugas-tugas autentik yang
bermanfaat, penting, dan bermakna. Berbagai tipeasesmen autentik menurut
Hibbard (1996) adalah: 1) asesmen kinerja, 2) observasi dan pertanyaan, 3)
presentasi dan diskusi, 4) proyek dan investigasi, dan 5) portofolio dan
jurnal. Menurut John Muller (2006), penilaian autentik merupakan suatu bentuk
penilaian yang para siswanya diminta untuk menanpilkan tugas pada situasi
sesungguhnya yang mendemonstrasikan penerapan keterampilan dan pengetahuan yang
bermakna. Pendapat serupa diungkapkan (O’Malley dan Pierce, 1996:4)
mendefinisikan authentic assessment sebagai berikut:
"Authentic
assessment is an evaluation process that involves multiple forms of performance
measurement reflecting the student's learning, achievement, motivation,and attitudes
on instructionally-relevant activities. Examples of authentic assessment
techniques include performance assessment, portfolios, and
self-assessment."
(Asesmen autentik adalah proses evaluasi
yang melibatkan berbagai bentuk pengukuran performansi yang merefleksikan
pembelajaran siswa, prestasi, motivasi dan sikap pada aktivitas pembelajaran
yang relevan. Contoh autentik asesmen adalah asesmen performansi, portofolio,
dan penilaian diri). Berikut jenis-jenis asasmen. Berikut model-model asesmen
global.
a. Asesmen Diri
Menurut Rolheiser dan Ross (2005), asesmen diri adalah suatu
cara untuk melihat kedalam diri sendiri. Melalui asesmen diri siswa dapat
melihat kelebihan maupun kekurangannya, untuk selanjutnya kekurangan ini
menjadi tujuan perbaikan (improvement goal).
Dengan demikian, siswa lebih bertanggungjawab terhadap proses dan pencapaian
tujuan belajarnya. Asesmen diri adalah suatu unsur metakognisi yang sangat
berperan dalam proses belajar. Oleh karena itu, agar asesmen diri dapat
berjalan dengan efektif, Rolheiser dan Ross menyarankan agar siswa dilatih
untuk melakukannya. Empat langkah dalam berlatih melakukan asesmen diri,
yaitu:
1. Libatkan semua komponen dalam
menentukan kriteria penilaian,
2. Pastikan semua siswa tahu bagaimana
caranya menggunakan kriteria tersebut untuk menilai kinerjanya,
3. Berikan umpan balik pada mereka
berdasarkan hasil evaluasi dirinya, dan
4. Arahkan mereka untuk mengembangkan
sendiri tujuan dan rencana kerja berikutnya.
Menentukan kriteria penilaian. Guru mengajak siswa bersama-sama
menetapkan kriteria penilaian. Pertemuan dalam bentuk sosialisasi tujuan
pembelajaran dan curah pendapat sangat tepat dilakukan. Kriteria ini dilengkapi
dengan bagaimana cara mencapainya. Dengan kata lain, kriteria penilaian adalah
target pencapaian, sedangkan proses mencapai kriteria tersebut dipantau dengan
menggunakan ceklis asesmen diri. Cara mengembangkan kriteria penilaian sama
dengan mengembangkan rubrik penilaian dalam asesmen kinerja. Ceklis asesmen
diri dikembangkan berdasarkan hakikat tujuan tersebut dan bagaimana mencapainya
(lihat contoh-contoh kriteria penilaian dan ceklis evaluasi diri).
b.
Asesmen
Berbasis Kompetensi
Asesmen
diartikan sebagai prosedur yang digunakan untuk mendapatkan informasi tentang
prestasi atau kinerja seseorang yang
hasilnya akan digunakan untuk evaluasi. Prosedur asesmen berbasis kompetensi,
meliputi serangkaian kegiatan sebagai berikut : (a) menentukan kompetensi yang
akan diases dan kriterianya, (b) mengumpulkan data berupa bukti-bukti kinerja mahasiswa melalui kegiatan tes dan atau
nontes, (c) mencocokkan bukti kinerja dengan kompetensi yang ingin dicapai, (d)
mengklasifikasikan mahasiswa menjadi kompeten dan belum kompoten berdasarkan bukti
kinerja mahasiswa, dan (e) memberi tanda lulus bagi yang memenuhi persyaratan. Berdasarkan
prosedur tersebut, maka siswa yang sudah kompeten akan diberi tanda lulus oleh
dosen pengajarnya, sedangkan yang belum lulus diberikan remedi sampai mahasiswa
yang bersangkutan memenuhi indikator pencapaian kompetensi yang telah
ditetapkan.
c.
Karakteristik
Asesmen Berbasis Kompetensi
Ada
beberapa hal yang mencirikan asesmen sebagai asesmen berbasis kompetensi.
Secara rinci, bisa dinyatakan sebagai berikut.
(1) Asesmen berbasis kompetensi berfokus pada kompetensi bukan pada
masukan atau proses. Asesmen berbasis
kompetensi diarahkan untuk menentukan penguasaan peserta didik atas kompetensi yang harus dikuasainya, bukan
pada bagaimana cara ia mencapai tingkat penguasaan itu. Dengan kata lain,
asesmen berbasis kompetensi lebih tertarik pada penguasaan kompetensi sebagai
hasil pembelajaran atau pendidikan dibandingkan dengan proses bagaimana
mahasiswa mencapai kompetensi tersebut.
(2) Asesmen dilaksanakan untuk
setiap individu (Hopkin, 1992).
Asesmen
berbasis kompetensi ditujukan untuk menentukan apakah seseorang telah atau
belum menguasasi kompetensi tertentu yang telah ditetapkan. Oleh karena itu,
asesmen berbasis kompetensi dilakukan untuk setiap peserta didik, bukan pada
kemampuan kelompok atau kelas tertentu. Kegiatan asesmen bisa dilakukan dalam
situasi kelompok (misalnya untuk mengases kemampuan kerjasama dalam memecahkan
suatu masalah), namun sasaran penilaian tetap pada kemampuan setiap anggota
kelompok secara individual. Dalam asesmen berbasis kompetensi, seseorang
dinyatakan lulus jika ia telah menguasasi seluruh kompetensi yang
dipersyaratkan. Jika salah satu (atau lebih) kompetensi utama ada yang belum
dikuasasi maka yang bersangkutan dinyatakan belum atau
tidakkompeten.
2.4
Model Asesmen
Global yang Diintegrasikan dalam Kurikulum Nasional
Asesmen adalah proses sistematika dalam
mengumpulkan data seseorang anak yang berfungsi untuk melihat kemampuan dan
kesulitan yang dihadapi seseorang saat itu, sebagai bahan untuk menentukan apa
yang sesungguhnya dibutuhkan. (James A. Mc. Lounghlin dan Rena B Lewis).
Tatat Hartati dalam penelitiannya (2006)
menyatakan bahwa dalam hal penilaian pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya
dalam bidang keterampilan menulis kurang mendapat perhatian baik dari guru
maupun para pakar bahasa Indonesia. Penilaian hanya menggunakan satu teknik
yang berfokus pada isi, bahasa dan struktur. Sedangkan untuk penilaian afektif
dan psikomotor kurang mendapat perhatian Berdasarkan hasil wawancara dan
pengamatan di lapangan, penilaian yang banyak dilakukan guru adalah penilaian
hasil belajar, guru masih jarang menggunakan penilaian proses.
Salah satu bentuk asesmen yang dapat
digunakan dalam proses pembelajaran adalah asesmen autentik. Asesmen autentik
adalah proses pengumpulan informasi oleh guru tentang perkembangan dan
pencapaian pembelajaran yang dilakukan anak didik melalui berbagai teknik yang
mampu mengungkapkan, membuktikan atau menunjukkan secara tepat bahwa tujuan
pembelajaran dan kemampuan/ kompetensi telah benar-benar dikuasai dan dicapai.
Teknik pengumpulan informasi pada prinsipnya
adalah cara penilaian kemajuan belajar peserta didik berdasarkan standar
kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dicapai. Penilaian kompetensi dasar
dilakukan berdasarkan indikator-indikator pencapaian kompetensi yang memuat
satu ranah atau lebih. Berdasarkan indikator-indikator ini dapat ditentukan
cara penilaian yang sesuai, apakah dengan tes tertulis, observasi, tes praktek,
dan penugasan perseorangan atau kelompok.
Menurut
(Hart, 1994), asesmen autentik yaitu suatu asesmen yang melibatkan siswa di
dalam tugas-tugas autentik yang bermanfaat, penting, dan bermakna. Berbagai
tipe asesmen autentik menurut Hibbard (1996) adalah: 1) asesmen kinerja, 2)
observasi dan pertanyaan, 3) presentasi dan diskusi, 4) proyek dan investigasi,
dan 5) portofolio dan jurnal. Menurut John Muller (2006), penilaian autentik
merupakan suatu bentuk penilaian yang para siswanya diminta untuk menanpilkan
tugas pada situasi sesungguhnya yang mendemonstrasikan penerapan keterampilan
dan pengetahuan yang bermakna.
Dari hasil penelitian yang dilakukan
Poerwanti, melalui angket yang diisi oleh guru terlihat bahwa
model asesmen autentik seperti portofolio, kinerja, asesmen diri, penilaian
sikap, observasi dll, belum digunakan secara maksimal. Asesmen yang
dilaksanakan cenderung pada asesmen mengukur aspek kognitif sedangkan untuk
aspek afektif dan psikomotor belum mendapat perhatian. pelaksanaan asesmen
membutuhkan kemampuan guru untuk melakukan modifikasi penyediaan informasi yang
digunakan untuk merencanakan aktivitas pembelajaran. Guru hendaknya tidak
terpaku pada bentuk asesmen yang sudah lazim dan sering digunakan, tetapi guru
dapat melakukan improvisasi-improvisasi guna memperoleh terobosan melaksanakan
asesmen dalam rangka peningkatan kualitas pembelajaran siswa.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Berdasarkan
pembahan pada BAB II dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya, bila kurikulum
tidak disusun dengan pendekatan kepentingan pengembangan potensi cipta, rasa,
karsa dan berorientasi kepada pembangunan karakter bangsa dengan memanfaatkan
asesmen mutu dan pelaksanaannya tidak dapat diukur dalam ranah supervisi proses
maka kurikulum tersebut tidak akan berdaya guna.
Asesmen yang seharusnya bukanlah hanya
sekedar mengetahui tingkat keberhasilan dan kegagalan siswa saja akan tetapi
lebih dari itu, yaitu bagaimana guru dan siswa bersama-sama untuk memperbaiki
kegagalan tersebut sehingga terjadi peningkatan kualitas pembelajaran. Usaha
peningkatan kualitas pendidikan antara
lain dapat ditempuh melalui upaya peningkatan kualitas pembelajaran dan
kualitas asesmen. Keduanya saling terkait, pembelajaran yang baik akan
menghasilkan penilaian hasil belajar yang baik. Selanjutnya, penilaian yang
baik akan mendorong guru untuk menentukan strategi pembelajaran yang baik dan
memotivasi siswa untuk belajar yang lebih baik.
Dalam
implementasinya supervisi dalam pendidikan melihat muatan kurikulum 2013 dapat
ditujukan kepada mensupervise guru agar meningkatkan kompetensi dan
profesionalitasnya agar dapat menata kelola manajemen kelas berdasarkan
indikator pencapaian hasil proses belajar mengajar yang mengacu kepada
keterpaduan sikap, ketrampilan dan pengetahuan dalam hasil peneliaian yang
bersifat kualitatif. Proses asesmen mutu dalam kurikulum 2013 akan melewati
tahapan : penilaian yang menjangkau Kemampuan berpikir Tingkat tinggi,
penilaian yang menyeluruh dan terintegrasi, penilaian secara ilmiah, penilaian
berkaitan PBM berdasarkan apa yang anak didik pahami, penilaian berdasarkan
hasil belajar dan kesempatan memperbaiki, penilaian melibatkan anak didik dan
guru yang lain. Melihat kerangka konsep dalam kurikulum 2013 mengenai asesmen
proses dapat dikatakan bahwa dalam perspektif asesmen mutu kurikulum ini
mendasarkan diri kepada proses yang ilmiah dengan sistem penalaran yang metodis
sehingga kurikulum 2013 dalam perspektif asesmen mutu memungkinkan peningkatan
kualitas pendidikan karena prosesnya melibatkan peran guru, kepala sekolah,
guru-guru terkait dan anak didik itu sendiri. dalam hal ini model-model
asesmen global yang diintegrasikan dalam kurikulum nasional yang seuai yaitu
asesmen autentik. Asesmen autentik adalah proses
pengumpulan informasi oleh guru tentang perkembangan dan pencapaian
pembelajaran yang dilakukan anak didik melalui berbagai teknik yang mampu
mengungkapkan, membuktikan atau menunjukkan secara tepat bahwa tujuan
pembelajaran dan kemampuan/ kompetensi telah benar-benar dikuasai dan dicapai.
3.2
Saran
Saran-saran
untuk para guru dan supervisor mengenai asesmen mutu pendidikan sebagai
berikut. Pertama, peningkatan pemahaman guru tentang asesmen autentik. Kedua,
perlu ada buku pedoman asesmen yang dapat dijadikan rujukan bagi guru. Ketiga,
perlu pendampingan kepada para guru dalam melaksanakan asesmen autentik.
Kempat, penekanan
pentingnya perencanaan pembelajaran dalam model proyek digali lagi lebih dalam
dengan perspektif manajemen sekolah.
3.3
Implikasi
Implikasi asesmen terhadap pembelajaran disekolah
guna meningkatkan mutu pendidikan yang diintegrasikan dalam kurikulum nasional
yaitu bahwa model asesmen autentik ini dapat dijadikan acuan atau tolak ukur
bagi guru untuk mengetahui sejauh mana pemahaman peserta didik terhadap proses
pembelajaran yang berlangsung dalam peningkatan kompetensi peserta didik.
DAFTAR PUSTAKA
Buchori, M. (2000). Pendidikan
Antisipatoris. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Delors, J. (1996). Learning: The Treasure Within.
France: UNESCO Publishing.
Hart,
Diane. (1994). Authentic Assessment: A Handbook for Education. Addison-Wesley
Publishing Company.
Hibbard,
K. M. and others. (1996). A teacher's guide to performance-based learning
and assessment. Alexandria, VA: Association for Supervision and Curriculum
Development.
Mueller, J.
(2006). Authentic Assessment. North Central College. http://jonatan.muller.noctrl.edu/toolbox/whatisist.html
Peraturan Pemerintah No 19 Th 1995.
tentang Standar Nasional Pendidikan
Poerwanti, Jenny I.S. Pengembangan
Model Asesmen Autentik Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Di Sekolah Dasar Di Kota
Surakarta.Surakarta:Universitas
sebelas Maret.
William H., Schubert.1986.Curriculum:perspective, paradigm, and
posibility. New York
Tatat
Hartati. (2006). Model Penilaian Holistik dalam Pembelajaran Mengarang
Bahasa Indonesia di SD. Hibah Kompetisi UPI. Bandung
http://www.kompasiana.com/aswinbimos13/perkembangan-pendidikan-indonesia
2 komentar:
trimakasih, sangat membantu sekali
Terima kasih atas komentarnya
Posting Komentar